Sebelum meninggal, pemimpin gereja Katolik ini sempat dirawat di rumah sakit akibat masalah pernapasan pneumonia ganda. Bahkan, jauh sebelum kondisinya menurun, ia sudah hidup dengan satu paru.
Ade Nasihudin Al Ansori
Liputan6.com, Jakarta - Paus Fransiskus meninggal dunia di usia 88 pada Senin, 21 April 2025. Kabar duka disampaikan oleh Kardinal Kevin Farrel dalam sebuah pidato.
"Saudara-saudari terkasih, dengan kesedihan mendalam saya harus mengumumkan Bapa Suci kita, Fransiskus, pukul 7:35 pagi ini, Uskup Roma, Fransiskus, kembali ke rumah Bapa,” kata Kevin mengutip AP.
BACA JUGA:Penjelasan Ahli tentang Pneumonia Ganda yang Sempat Dialami Paus Fransiskus Sebelum Wafat
BACA JUGA:Paus Fransiskus Derita Pneumonia Ganda, Penyakit yang Bisa Sebabkan Disabilitas Jangka Panjang
BACA JUGA:6 Rekomendasi Film Tentang Paus yang Menginspirasi
BACA JUGA:Penyakit Apa yang Diderita Paus Fransiskus? Kenali Apa Itu Pneumonia Ganda dan Dampaknya pada Kesehatan
Baca Juga
- 5 Gebrakan Paus Fransiskus Selama jadi Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Sedunia
- Kabar Wafatnya Paus Fransiskus Jadi Berita Utama Media Massa di Dunia
- Kisah di Balik Kesehatan Paus Fransiskus yang Hidup dengan Satu Paru
Sebelum meninggal, pemimpin gereja Katolik ini sempat dirawat di rumah sakit akibat masalah pernapasan pneumonia ganda. Bahkan, jauh sebelum kondisinya menurun, ia sudah hidup dengan satu paru.
Advertisement
Pria yang sebelumnya dikenal sebagai Kardinal Jorge Bergoglio, harus menjalani operasi pengangkatan salah satu paru-parunya ketika masih remaja akibat infeksi parah.
Menurut laporan Associated Press, seperti dikutip dari ABC pada Kamis, 5 September 2024, kondisi tersebut terjadi karena infeksi serius yang dialaminya di masa muda.
Pada 2013, Dr William Schaffner, ahli dari Vanderbilt University Medical Center, pernah membahas soal ini. "Dia berhasil melalui masa-masa sulit tersebut," kata Schaffner.
Mantan Presiden Yayasan Nasional Penyakit Menular AS itu menyebutkan ada dua kemungkinan penyebab Paus Fransiskus kehilangan satu paru-paru, dan harus hidup dengan 1 paru, yakni tuberkulosis atau komplikasi dari batuk rejan (pertusis).
"Ketika dia masih muda, belum ada terapi obat antibiotik yang luas, dan mungkin saja dia mengalami kerusakan besar pada paru-parunya atau bagian dari paru-parunya dan harus diangkat. Itu adalah pengobatan yang cukup standar di era sebelum adanya obat antibiotik," tambah Schaffner.
Paus Fransiskus mengunjungi susteran Alma di Dili, Timor Leste. Susteran Alma ini didirikan khusus untuk merawat anak-anak disabilitas hingga anak terlantar.
2 dari 4 halaman
Bisa Dipicu Keterbatasan Obat di Zaman Dulu
Tidak hanya karena TB, paru-paru seseorang juga bisa diangkat akibat komplikasi dari batuk rejan atau pertusis.
"Batuk rejan dapat merusak saluran bronkial dan memicu infeksi kronis yang membahayakan," lanjut Schaffner.
Bahkan, ada kemungkinan Paus Fransiskus pernah mengidap pneumonia yang berujung komplikasi serius.
"Sekali lagi, hal ini terjadi sebelum antibiotik konvensional tersedia secara luas, sehingga mereka mungkin harus mengatasi komplikasi ini dengan pembedahan dengan mengambil seluruh atau sebagian paru-parunya," tambah Schaffner.
Advertisement
3 dari 4 halaman
Bisa Pula Karena Penyakit Bawaan
Alasan berikutnya yang membuat seseorang perlu menjalani prosedur pengangkatan paru-paru adalah penyakit bawaan. "Terakhir, bisa saja dia terlahir dengan kelainan paru-paru bawaan sehingga tertular," kata Schaffner.
Tanpa pengobatan yang memadai, infeksi ini dapat mengancam nyawa karena tidak ada dukungan antibiotik yang efektif seperti yang tersedia saat ini.
Meskipun infeksi paru-paru ini lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan remaja, Schaffner menekankan bahwa risiko ini sangat tinggi, mengingat keterbatasan informasi tentang pengangkatan paru-paru.
4 dari 4 halaman
Bak Hidup dengan Satu Ginjal
Schaffner juga memastikan bahwa orang yang salah satu parunya diangkat tetap bisa hidup dengan normal. Bahkan, bermain tenis, hiking, dan jogging meski dengan satu paru.
"Rasanya seperti hidup hanya dengan satu ginjal," ujarnya.
Namun, jika Paus Fransiskus terkena suatu penyakit, dia hanya mempunyai satu paru-paru yang tersisa. Seiring bertambahnya usia, mereka menjadi lebih rentan terhadap infeksi paru-paru, seperti pneumonia dan bronkitis, menurut National Institutes of Health. Orang yang berusia di atas 65 tahun sangat mungkin terkena infeksi tersebut.
Risiko mereka meningkat jika mereka memiliki kondisi yang sudah ada sebelumnya seperti sistem kekebalan tubuh yang lemah atau penyakit jantung.
Faktanya, pneumonia adalah salah satu kondisi pernapasan yang paling umum seiring bertambahnya usia, kata ahli paru Dr. Greg Martin, yang mengajar di Universitas Emory dan berspesialisasi dalam perawatan kritis.
Potret Umat Katolik di Berbagai Negara Berdoa untuk Kesembuhan dan Kesehatan Paus Fransiskus
Advertisement
Advertisement
- Pneumonia
Pneumonia atau yang lebih dikenal dengan istilah paru-paru basah, merupakan peradangan yang terjadi pada jaringan paru-paru
Lihat Selengkapnya
- Paus Fransiskus
- health
- Paus Fransiskus Meninggal
- Paus Fransiskus Meninggal Dunia
- pneumonia bilateral
- satu paru
- hidup dengan satu paru
- Paru-paru
Kredit
Ade Nasihudin Al Ansori
Author
Dyah Puspita Wisnuwardani
Editor